Selasa, 22 Oktober 2013

Tugas Arsitektur Kota "Redesign Jalan Pepaya"

Arsitektur Kota

"Redesign Jalan Pepaya"
Akses jalan kecil dari jalan utama Margonda dengan Stasiun UI, Depok






3D Render : Sketchup Pro 8 + Vray + Photoscape
Design by Meyka Widyarsih
3D Visual by Meyka Widyarsih

: )

Tugas Akhir (Cirebon Station)

Tugas Akhir Kuliah

"Pengembangan Stasiun Kereta Api Cirebon, Jawa Barat"
Redevelopment Cirebon Station





Design : Meyka Widyarsih
Visual By Meyka Widyarsih
Project : Tugas Akhir Arsitektur
3D render : Sketchup Pro 8 + Vray + PScs3


Selasa, 16 Juli 2013

Konservasi Arsitektur 2 (Arsitek Belanda)


Arsitek Belanda


CHARLES PROSPER (C.P.) WOLF SCHOEMAKER (1882-1949)



Biografi....

     Schoemaker dilahirkan di Banyubiru, dekat Salatiga, Jateng pada th. 1882. Pendidikan sekolah menengahnya diselesaikan di Nijmegen (1897-1902). Antara tahun 1902 sampai th. 1905 ia memasuki akademi militer di Breda. Setelah tamat dengan pangkat sebagai letnan, ia bekerja pada corp zeni angkatan darat kerajaan Belanda. Dia bekerja untuk membangun jalan kereta api dan jaringan telegraph di Selatan distrik Preanger-Jabar, kemudian pada th. 1908-1910 ia dipekerjakan di Padang (Sumatra Barat) dan akhirnya pada tahun 1910-1911 ia ditempatkan dimarkas besar corps nya di Batavia. Pada tahun itu juga rupanya ia mengakhiri kariernya secara resmi di angkatan darat kerajaan Belanda.

         Riwayat hidup Schoemaker penuh dengan gejolak dan pengalaman yang kaya sebagai seorang arsitek. Oleh sebab itu julukan yang diberikan kepadanya antara lain seperti : insinyur zeni angkatan darat, pemahat, arsitek dan prosefor arsitektur (dalam bidang pendidikan). Pengalaman pekerjaannya selama 35 tahun terbentang luas, mulai dari insinyur zeni angkatan darat di Jawa dan Sumatra, sebagai arsitek pemerintah Hindia Belanda, sebagai arsitek “private” dan sebagai guru besar arsitektur di SekolahTinggi Teknik Bandung (sekarang ITB).

       Setelah tiba di Hindia Belanda pada th. 1918, Schoemaker memilih Bandung sebagai tempat kerja, serta tempat tinggalnya. Waktu Sekolah Tinggi Teknik Bandung yang dirancang oleh Maclaine Pont dibuka th. 1921, ia mengajar sebagai dosen sejarah arsitektur disana dan pada th. 1924 Schoemaker diangkat sebagai profesor (guru besar) arsitektur. Gelar tersebut terus dipegangnya sampai th. 1941.

         Disamping sebagai guru besar Schoemaker juga mempunyai biro arsitek yang namanya sangat terkenal yaitu: “C.P. Schoemaker en Associate Architecten en Ingenieurs”. Ir, Sukarno (Presiden pertama R.I.) pernah bekerja sebagai juru gamba pada kantor Schoemaker di Bandung (Kunto, 1996:40). Ia meninggal pada th. 1949 dalam usia 67 tahun di Bandung. Jenasahnya juga dimakamkan di pemakaman umum Cikutra Bandung.

Karya-Karya Schoemaker.

         Pengalamannya yang sangat luas selama 35 tahun sebagai seorang arsitek meninggalkan perpuluh-puluh bahkan mungkin ratusan bangunan yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Banyak sekali karya Schoemaker yang sampai sekarang menjadi “landmark” lingkungan kota-kota besar di Jawa.

Diantara banyak karya Schoemaker bisa disebutkan antara lain:

1. Penjara Sukamiskin-Bandung th. 1919
2. Gedung Jaarbeurs – Bandung th. 1927.
3. Koloniale Bank – Surabaya th. 1927
4. Hotel Preanger – Bandung th. 1930
5. Mesjid Cipaganti – Bandung th. 1933
6. Gereja Santo Petrus – Bandung th. 1922
7. Villa Isola – Bandung th. 1933
8. dan sebagainya.


Bentuk Design..

         Gaya desainnya selalu berubah. Tapi peruabahan yang mencolok terjadi setelah ia pulang dari Amerika pada th. 1918. Rupanya bentuk arsitektur modern di Amerika sangat mempengaruhinya. Terutama sekali adalah gaya dari Frank Lloyd Wright, arsitek Amerika yang terkenal pada saat itu. Hal ini bisa dilihat dari karya – karyanya seperti gedung Koloniale Bank di Surabaya dan hotel Preanger di Bandung, dimana garis-garis dominan yang sejajar dengan tanah, serta detail-detail geometris kelihatan sangat dominan sekali, yang merupakan ciri khas Frank Lloyd Wright.

        Tapi setelah tahun 1930 an desain dari Schoemaker rupanya telah menemukan bentuknya sendiri. Villa Isola, yang dirancang pada th. 1933 merupakan salah satu karya puncaknya. Perancangan tersebut cocok dengan jiwanya yang penuh romantisme dan petualangan. Villa Isola di Bandung tersebut sering disebut sebagai salah satu karya arsitektur modern dengan gaya “Art Deco” yang berhasil di dunia.


Contoh Bangunan......


Villa Isola – Bandung th. 1933

         Gedung ini berarsitektur modern dengan memasukkan konsep tradisional dengan filsafat arsitektur Jawa bersumbu kosmik utara-selatan seperti halnya Gedung Utama ITB dan Gedung Sate. Orientasi kosmik ini diperkuat dengan taman memanjang di depan gedung ini yang tegak lurus dengan sumbu melintang bangunan kearang Gunung Tangkuban Perahu.



              Bangunan berlantai tiga, dengan lantai terbawah lebih rendah dari permukaan jalan raya, disebabkan karena topografinya tidak rata. Ranah sekeliling luas terbuka, dibuat taman yang berteras-teras melengkung mengikuti permukaan tanahnya. Sudut bangunan melengkung-lengkung membentuk seperempat lingkaran. Secara keseluruhan bangunan dan taman bagaikan air bergelombang yang timbul karena benda jatuh dari atasnya, sehingga gedung ini merupakan penyesuaian arsitektural antara bangunan terhadap lingkungan. 




Pintu gerbang masuk ke komplek villa ini terbuat dari batu yang dikombinasikan dengan besi membentuk bidang horisontal dan vertikal. Setelah melalui gapura dan jalan aspal yang cukup lebar, terdapat pintu masuk utama yang dilindungi dari panas dan hujan dengan portal datar dari beton bertulang. Mengikuti lengkungan-lengkungan pada dinding, denah portal juga melengkung berupa bagian dari lingkaran pada sisi kanannya. Ujung perpotongan kedua lengkungan disangga oleh kolom tunggal yang mirip dengan bagian rumahToraja (tongkonan). Setelah melalui pintu utama terdapat vestibulae sebagaimana rumah-rumah di Eropa umumnya.

Ruang penerima ini terdapat di balik pintu masuk utama selain berfungsi untuk tempat mantel, payung tongkat dan lain lain juga sebagai ruang peralihan antara ruang luar dengan ruang di dalam. Dari vestibula ke kiri dan ke kanan terdapat tangga yang melingkar mengikuti bentuk gedung secara keseluruhan. Tangga ini terus-menerus sampai ke atap .







Di atasnya adalah lantai satu yang langsung dicapai dari pintu masuk utama. Pada lantai ini, di belakang vestibule terdapat hall cukup besar, permukaannya sedikit lebih rendah, karena itu dibuat tangga menurun. Kemudian setelah tangga langsung ke salon atau ruang keluarga yang sangat luas. Antara hall dan salon dipisahkan oleh pintu dorong sehingga bila diperlukan, kedua ruangan ini dapat dijadikan satu ruang yang cukup luas. Jendela pada ruangan ini juga mengikuti dinding yang berbentuk lingkaran sehingga dapat leluasa memandang kota Bandung. Ruang makan terletak di sebelah kiri (barat) salon. 


Di sebelah kanan (timur) ruang makan terdapat ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan ruang ketik di belakangannya (utara). Semua ruang berjendela lebar kecuali untuk menikmati pemandangan luar, juga sebagai ventilasi dan saluran sinar matahari. Pembukaan jendela, pintu yang lebar merupakan penerapan konsepsi tradisional yang menyatu dengan alam.







Bangunan ini ada tendensi horisontal dan vertikal yang ada pada arsitektur India yang banyak berpengaruh pada candi-candi di Jawa. Dikatakannya dalam arsitektur candi maupun bangunan tradisional, keindahan ornamen berupa garis garis molding akan lebih terlihat dengan adanya efek bayangan matahari yang merupakan kecerdikan arsitek masa lampau dalam mengeksploitasi sinar matahari tropis.

Schoemaker banyak memadukan falsafah arsitektur tradisional dengan modern dalam bangunan ini. Secara konsisten, ia menerapkannya mulai dari kesatuan dengan lingkungan, orientasi kosmik utara selatan, bentuk dan pemanfaatan sinar matahari untuk mendapat efek bayangan yang memperindah bangunan.


Sumber : By Internet