Minggu, 28 November 2010

ARSITEKTUR MINIMALIS



Arsitektur minimalis 

Arsitektur minimalis yang tengah marak saat ini sebenarnya bukan bentuk arsitektur baru. Sejak awal tahun 1920-an sampai bersinar kembali pada tahun 1990-an, telah hadir dengan faktor pemicu, interpretasi dan aplikasi ”simplicity” yang khas dari satu arsitek dengan arsitek lainnya.
     Sebenarnya, Le Corbusier dan Ludwig Mies van der Rohe adalah dua dari sekian banyak arsitek yang memberi pengaruh warna kesederhanaan (simplicity) yang signifikan dalam dinamika arsitektur minimalis sejak dulu hingga kini.
      Kritikus seni Juan Carlos Rego dalam buku Minimalism: Design Source (Page One, Singapore, 2004) mengungkapkan, minimalis merupakan pendekatan estetika yang mencerminkan kesederhanaan. Fenomena ini tumbuh di berbagai bidang, seperti seni lukis, patung, interior, arsitektur, mode, dan musik. Akan tetapi, awal pertumbuhan dan faktor pemicu tumbuhnya di berbagai bidang bersifat khas dan tidak dapat digeneralisasi.
Minimalis dalam seni lukis dan patung dikenal dengan sebutan Minimal Art, ABC Art, atau Cool Art. Pancaran kesederhanaan Minimal Art dapat dirasakan dari ungkapan pelukis Frank Stella, ”What you see is what you see.”
         Minimal Art berkembang di Amerika pada tahun 1960-an sebagai reaksi terhadap aliran abstrakt-ekspresionisme yang mendominasi dunia seni tahun 1950-an. Abstrakt-ekspresionisme mengekspos nilai emosi individual, sedangkan Minimal Art mengekspos nilai universal melalui bentuk abstrak dan geometris dalam komposisi matematis.
Ini nih Arsitek nya... wuiiihhh

 

Le Corbusier


 

Ludwig Mies van der Rohe



Pasang-surut
Minimalis dalam arsitektur menekankan hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional. Bentuk-bentuk geometris elementer tanpa ornamen atau dekorasi menjadi karakternya. Mengacu pada pendapat Carlos Rego itu, dapat dikatakan arsitektur minimalis mulai tumbuh pada awal abad ke-20 yang dikenal sebagai abad Modern, abad yang diramaikan berbagai kemajuan sebagai dampak dari Revolusi Industri.
Inovasi berbagai material bangunan seperti baja, beton, dan kaca, standardisasi dan efisiensi memberi tantangan baru dalam dunia rancang bangun. Beragam pemikiran dikemukakan para arsitek di daratan Eropa maupun Amerika. Pada saat itu pun mereka tengah berusaha mencari format arsitektur baru yang mencerminkan semangat zaman dengan mencoba meninggalkan pengaruh arsitektur klasik.
Ada kelompok arsitek yang memaknai kemajuan zaman itu dengan tetap mempertahankan spirit dekoratif arsitektur klasik, tetapi menggunakan motif nonklasik. Contohnya, arsitektur Art Deco tahun 1920-an.
Ada juga yang mengeksplorasi bentuk geometri murni dan antidekorasi, seperti terlihat pada karya Le Corbusier pada tahun 1920-an. Ada juga yang mengeksplorasi integrasi kemajuan industri, teknologi dalam arsitektur, dan antidekorasi, seperti terlihat pada karya Ludwig Mies van der Rohe. Dua kelompok terakhir yang menyiratkan bentuk elementer, fungsional, dan antidekorasi ini dapat disebut sebagai arsitektur minimalis.
Seiring dengan perjalanan waktu, pengintegrasian kemajuan industri dan teknologi dalam arsitektur mendominasi arah perkembangan arsitektur. Kehadirannya yang terasa di berbagai belahan dunia membuatnya dijuluki sebagai International Style.




Jenuh
Akan tetapi, lama-kelamaan masyarakat menjadi jenuh dengan gaya yang seragam. Bentuk dan pemikiran baru dalam arsitektur pun kembali digali.
Pada akhir 1970-an mulai muncul arsitektur Postmodern sebagai reaksi atas keseragaman International Style. Postmodern membuka peluang terhadap bentuk, ornamen arsitektur klasik menjadi bentuk yang imajinatif. Pada tahun 1980-an muncul arsitektur Dekonstruksi yang ”seolah-olah” mendobrak kesatuan dan harmoni salah satu pakem komposisi sebuah desain.
Lagi-lagi, orang menjadi jenuh dengan arsitektur Postmodern dan Dekonstruksi. Kedua tren yang mengolah sudut tegas bentuk geometris menjadi sesuatu yang lebih kompleks ini mendorong orang kembali kepada sesuatu yang esensial, arsitektur yang mengandalkan bentuk geometris murni, elementer, sudut tegas dalam nuansa warna netral atau putih.
Tahun 1990-an oleh Kliczkowski dianggap sebagai titik balik bersinarnya kembali arsitektur minimalis, seperti yang diungkapkan dalam bukunya, Maximalism Maximalismo (Loft Publication, Spain, 2003).
Le Corbusier dan Van der Rohe     
Kehadiran kembali arsitektur minimalis saat ini maupun keberadaannya pada masa lampau tidak terlepas dari pengaruh Le Corbusier dan Ludwig Mies van der Rohe.
Ungkapan Mies van der Rohe ”Less is more” (1923) yang sangat terkenal dianggap sebagai penanda keberadaan arsitektur minimalis hingga saat ini.
Farnsworth House, rumah peristirahatan milik Edith Farnsworth, Fox River, Illinois (1949-1951), dan Seagram Building merupakan contoh aplikasi ungkapan Van der Rohe. Kemewahan tumbuh dari kesederhanaan tatanan ruang dalam open plan dan keapikan dari susunan detail struktur dan arsitektur. Penyelesaian secara struktural dan arsitektural kolom baja, balok baja, pelat datar, dan dinding masif, transparan pada bangunan itu sendirilah yang menjadi ”dekorasi”.
Purisme merupakan pemikiran Le Corbusier yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk murni seperti bola, kubus, dan piramida mempunyai hukum estetika yang abadi (1920-an). 
merupakan salah satu refleksinya.
Secara visual, vila ini terbentuk dari komposisi bentuk geometris. Tidak terdapat unsur dekoratif. Bagi Corbusier, dekorasi hanyalah taktik untuk menyembunyikan kesalahan pembangunan.
Selain komposisi bentuk geometri yang menjadi ciri karyanya, Corbusier menampilkan elemen unik, yaitu penggunaan ramp sebagai pengganti tangga atau jembatan. Sesuatu yang belum lazim saat itu, tetapi saat ini menjadi elemen arsitektur yang memberi warna tersendiri bagi arsitektur minimalis.***


 

Villa Savoye di Poissy

Kamis, 25 November 2010

Hemat Listrik 30% dan Air Hingga 50% Dengan GREEN DESIGN


Hemat Listrik 30% dan Air Hingga 50% Dengan GREEN DESIGN


       Di negara maju, upaya menciptakan karya arsitektur ramah lingkungan sudah dimulai sejak pertengahan abad 20. Konsep ini lahir berkat kesadaran para perancang profesional yang terkait dengan bidang pembangunan, seperti arsitek, perancang interior dan perancang lansekap terhadap pentingnya kelestarian lingkungan terutama pada perumahan. Inti dari green design adalah dimasukkannya lingkungan sebagai bagian penting pada perencanaan karya arsitektur.

Rumah yang tidak dirancang harmonis dengan alam bukan saja membuat penghuninya tidak nyaman, tapi juga boros biaya. Membayangkan hunian kita dilengkapi oleh AC sebagai pendingin ruangan disaat angin sungguh tak melegakan keluar masuk ruangan, dan lampu-lampu sebagai penerang disaat siang hari tak juga menjamin sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah, adalah bagian kecil dari tak harmonisnya desain rancang bangun rumah dengan lingkungan. Meski demikian, masih saja masyarakat kita secara sadar melakukan cara-cara ‘klasik’ moderen ini sebagai solusi praktis. Padahal alam akan mendatangkan manfaat cukup besar jika rancang bangun hunian berorientasikan pada green architecture (arsitektur hijau) yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. 

Lewat konsep green design inilah, perancang tampaknya mencoba berdamai dengan alam. Jadi, kalau akan membuat rumah, bukan hanya fokus pada rumahnya saja, tapi juga lingkungan sekitar rumah. Ada beberapa prinsip dasar green design, yaitu pertama hemat energi. Suatu bangunan haruslah dirancang untuk bisa bersahabat dengan sumber energi, yakni cahaya matahari. Karena itu, penting dipertimbangkan sistem sirkulasi udara maupun pencahayaan. Salah satu langkah konkretnya,
misalnya dengan membuat banyak bukaan pada rumah. Bisa dengan memasang jendela dan pintu berukuran besar, menggunakan atap atau genteng yang tembus cahaya, dan ventilasi. 

Kedua hemat air. Contoh langkah penghematan air misalnya menggunakan shower di kamar mandi. Selain itu, bisa juga dibuat bak penampungan air hujan di mana airnya bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Adanya ruang terbuka hijau bisa dikatakan menjadi syarat mutlak konsep green design. Sebuah rumah atau bangunan haruslah mempunyai lahan terbuka hijau yang ditumbuhi aneka tumbuhan sebagai penyuplai oksigen. Tumbuhan juga bisa berfungsi sebagai penyerap air, membuat udara menjadi lebih sejuk, dan membuat rumah menjadi indah dipandang. Yang tak kalah penting adalah pengelolaan limbah rumah tangga. 

Limbah bangunan dan rumah tangga merupakan salah satu penyumbang terbesar pencemaran tanah dan air. Karena itu perlu direncanakan proses konstruksi dan operasional bangunan dengan sangat hati-hati agar limbahnya bisa ditangani dengan proses yang ramah lingkungan. Ini bisa dilakukan dengan merancang sistem pembuangan yang terencana. Membiasakan diri untuk tidak terlalu banyak menghasilkan sampah plastik, deterjen, dan menyediakan tempat sampah dengan jumlah memadai di lingkungan rumah. Dan sebaiknya, pembuangan sampah organik dan non organik pun dilakukan terpisah dan khusus, tidak asal dibuang ke saluran pembuangan.


      Jogja Green Design


Masyarakat Yogyakarta, dengan kekhasan budaya, sosio culture, aktifitas ekonomi, dari masa ke masa telah melakoni aktifitas arsitektural yang cukup sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan kawasan Yogyakarta yang ramah lingkungan. Menurut pendapat Agus Handoko yang mengibarkan bendera MAA Arsitektur, diantara masyarakat Yogyakarta sendiri masih ada sebagian yang belum sepenuhnya memahami dan melaksanakan aktifitas-aktifitas arsiteknya dengan mengacu kepada prinsip-prinsip kearifan dan kelestarian lingkungan. 

Perancangan ramah lingkungan atau dikenal sebagai green design merupakan sebuah spirit atau roh, yang menjadi semangat, energi, emosi dari siapapun yang sedang melaksanakan aktifitas pembangunan. Telah mengenai green design, bukan pula merupakan sesuatu yang trend – trendy – gaya sebuah bangunan/model.

 Dalam mendesain, ada kebebasan mengekspresikan seluruh komponen-komponen desain yang ada, tetapi melewati tahapan-tahapan yang sudah dikategorikan oleh perancangan green, sehingga pada gilirannya jika itu sudah teradaptasi, terkolaborasi, terkonsolidasi, muncullah sebuah desain yang tidak uzur secara gaya/model.


Bangunan Ramah Lingkungan Syaratkan Efisiensi.

Konsep bangunan ramah lingkungan (green building) didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan. Di Indonesia akses energi terbarukan masih lemah. Suplai energi listrik untuk properti hanya mengandalkan PT. PLN yang belum menggunakan sumber energi terbarukan.

Di banyak negara, penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual. Namun, di Indonesia masih butuh proses edukasi panjang. Hingga saat ini kebanyakan pelaku bisnis properti di Indonesia masih enggan mengadopsi sistem tersebut karena dianggap mahal, sulit, dan tidak layak secara bisnis. Kendati biaya konstruksi awal bertambah sekitar 2 persen dari bangunan konvensional, namun return yang diperoleh properti itu dalam jangka waktu 20 tahun bisa mencapai sepuluh kali lipat atau sekitar 20 persen dari tambahan biaya yang dikeluarkan. Pengembalian ini, diperoleh berkat biaya operasional yang dapat ditekan antara lain dengan penghematan biaya listrik 30 persen dan air hingga 50 persen.

Selain itu, implementasi konsep ini juga menunjukkan tindakan moral pelaku properti yang peduli terhadap isu pemanasan global, dimana mereka tidak hanya memikirkan keuntungan semata, namun juga prihatin terhadap masalah global.






Menjual Lingkungan


Kata sepakat bahwa bisnis orientasi inilah yang sebenarnya menjadi tema-tema penting bagi para developer di Yogyakarta saat ini, meski sudah ada sebagian yang memulai untuk tidak saja mengedepankan aspek-aspek bisnis semata, tetapi mulai mensejajarkan antara aspek lingkungan yang memang harus memberikan kontribusi positif pada kawasan yang mereka develop. Maka aspek-aspek positif ini yang diberdayakan dengan cara membuat komposisi antara fasum, lansekap, open space dengan berimbang. Ini menjadi sebuah kebutuhan berbudaya. Tidak hanya menjadi kiat-kiat praktis, tetapi peran-peran penting dari pihak terkait, pemerintah daerah setempat, misalnya, yang justru bisa memberi koridor-koridor penting yang akan menjadi pola-pola yang dilalui para developer. 

Proyek percontohan kawasan atau perumahan dengan konsep green design yang berjalan sebagai eksperimen, adalah salah satu cara yang bisa diperkenalkan kepada masyarakat yang cenderung mudah mengadopsi sebuah produk perumahan. 

Bahwa aspek lingkungan juga memegang peran penting dalam tingkat kelarisan produk perumahan. Hal ini sudah dimulai di kota-kota kecil yang lain, bukan hanya Jakarta, Bandung; kota Malang, misalnya, lingkungan diperlakukan secara maksimal oleh developer. Harapan dari proyek ini adalah tumbuhnya respon market terhadap produk gaya perumahan itu sehingga berkembang, dan tidak melulu dipaksa hanya mengutamakan aspek bisnis semata.

Memang, semua kembali pada pasar. Karena ini masalah selera. Secara naluriah masyarakat mudah sekali diajak menyukai sesuatu yang asri. Jika pasar sudah memilih produk tertentu, produsen manapun akan mengikuti. Developer dengan observasi khusus, dengan telaah statistik marketing mereka, akan berani mengarah pada satu produk tertentu yang lebih mendekati selera itu. 

Misalnya, membuat kawasan perumahan yang tidak banyak, tetapi dibuat dengan komposisi taman dan model bangunan yang menyerupai betul apa yang dimaksud dengan green design. Lalu dilihat responnya bagaimana, harga, dan lain-lain. 



Sumber:
Naskah : Via Christy
RumahJogja

Selasa, 23 November 2010


PERANCANGAN KAWASAN TEPI AIR



Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat lepas dari air sebagai sumber kehidupan. Pada awalnya, banyak pemukiman yang kemudian berkembang menjadi kota, yang di mulai dari tepi badan air. Kota-kota tua di tepi pantai banyak yang terkenal dengan pelabuhannya, dimana kegiatan ekonomi suatu kota biasanya di mulai setelah kegiatan ekonomi terjadi, mulailah berdatangan pendatang- pendatang untuk menunjuang kegiatan ekonomi, perdagangan dan jasa kota.
 Fungsi kapal sebagai transportasi penumpang yang sudah berkurang karena adanya system transportasi lain menyebabkan kota-kota Bandar lama banyak yang ditingggalkan dan menjadi daerah kosong.
Disinilah muncul peluang untuk perkembangan kawasan dengan perubahan fungsi menjadi fungsi hunian, komersil, rekreasi dan public.




PERMASALAHAN UMUM

Di kawasan perkotaan, pengembangan tepi air dapat merupakan tepi air alami (sungai, danau dan pantai), maupun lingkungan binaan (kanal, waduk / bendungan pengendali, pelabuhan dan reklamasi). Perancangan di kawasan tepi air alami harus memerhatikan banjir berulang atau dataran banjir (floodplain). Biasanya tepi air dibuat garis sepadan banjir 50-100 tahunan.
Data dataran banjir, dimana teridentifikasikan banjir berkala yang secara alami terjadi di tepi aliran sungai tersebut. Untuk lingkungan binaan, harus di lihat dari daya dukung perencanaan rekayasalingkungan binaan itu sendiri, sesuai dengan batasan-batasan yang sudah ditentukan dalam perencanaan kawasan tepi air tersebut.

Kondisi sungai-sungai di kota-kota besar di Indonesia, di identifikasikan oleh (Deva Kurniawan Rahmadi dalam artikelnya) memiliki beberapa permasalahan di antaranya :

·         Rumah-rumah atau bangunan di sepanjang sungai mengambil bagian bantaran sungai sehingga alur sungai menyempit dan tidak dapat lagi menampung deras aliran air.

·         Kondisi pemukiman padat dan kumuh, prasarana dan sarana tidak tertata dan tidak memadai.

·         Setiap kali hujan turun dan air meluncur dari perbukitan, tidak langsung mengalir ke laut karena tertahan di kawasan reklamasi.

·         Pembuangan limbah padat maupun cair ke badan air dan bantaran sungai di berbagai ruas sungai.

·         Orientasi terhadap sungai masih menjadikan daerah belakang.




Perlu di perhatikan dalam perancangan kawasan tepi air adalah ancaman kenaikan permukaan air yang di sebabkan oleh penyedotan air tanah yang besar dan juga dampak dari gejala perubahan iklim.

Di Jakarta, setiap tahun rata-rata penurunan air tanah sebesar 0,87 cm, di barengi dengan gejala kenaikan permukaan air laut rata-rata 0,57 cm per tahun. Jakarta akan kehilangan 25% dari lahan apabila hal ini di biarkan.



STUDI KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN TEPI AIR

Banyak jenis pengembangan tepi air di seluruh dunia, misalnya Battery Park City di tepi sungai Hudson, New York, dengan kawasan pusat komersilnya dan bangunan hunian di belakang. Sungai Singapura, sebelumnya berfungsi sebagai akses utama pelayaran. Banyak  kawasan tepi air yang sebelumnya merupakan kawasan industri dan perdagangan berubah fungsi menjadi kawasan umum dan komersil.


sumber : seminar dan pelatihan ikatan arsitek indonesia (IAI) Jakarta 22 mei 2010
             Universitas Gunadarma

Kamis, 04 November 2010

Masalah Abrasi terhadap Lingkungan

ABRASI


             Kerusakan lingkungan akan terus semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Contoh yang mungkin sering kita jumpai belakangan ini adalah mengenai masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Masalah ini harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.

             Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai menjadi semakin menyempit, tapi bila dibiarkan begitu saja akibatnya bisa menjadi lebih berbahaya. Seperti kita ketahui, negara kita Indonesia sangat terkenal dengan keindahan pantainya.

            Setiap tahun banyak wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia untuk menikmati panorama pantainya yang sangat indah. Apabila pantai sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang untuk mengunjunginya. Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor pariwisata akan mengalami penurunan.

             Selain itu, sarana pariwisata seperti hotel, restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan mengalami kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit. Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai tersebut. Banyak penduduk yang akan kehilangan tempat tinggalnya akibat rumah mereka terkena dampak dari abrasi.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari abrasi sangat berbahaya. Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu abrasi, penyebab abrasi, dan bagaimana solusi untuk menanggulanginya. Kami harap apa yang akan kami sampaikan ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai abrasi dan menambah rasa kepedulian masyarakat pada lingkungannya.


(Gambar ini merupakan satu contoh abrasi pantai)

PENGERTIAN ABRASI

         Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global.

PENYEBAB ABRASI

          Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui,pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat.

         Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan.

Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Seperti yang terjadi di daerah pesisir pantai wilayah kabupaten Indramayu. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter pertahun dan sekarang dari panjang pantai 114 kilometer telah tergerus 50 kilometer.
          Dari 10 kecamatan yang memiliki kawasan pantai, hanya satu wilayah kecamatan yakni kecamatan Centigi yang hampir tidak memiliki persoalan abrasi. Hal ini karena di wilayah kecamatan Centigi kawasan hutan mangrove yang ada masih mampu melindungi kawasan pantai dari abrasi.

Tingkat abrasi yang cukup tinggi juga terjadi di kecamatan Pedes dan Cibuaya Kabupaten Karawang. Meskipun abrasi pantai dinilai belum pada kondisi yang membahayakan keselamatan warga setempat, namun bila hal itu dibiarkan berlangsung, dikhawatirkan dapat menghambat pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya.

          Abrasi yang terjadi di kabupaten Indramayu dan kabupaten Karawang merupakan contoh kasus abrasi yang terjadi di Indonesia. Selain di kedua tempat tadi, masih banyak daerah lain yang juga mengalami abrasi dengan tingkat yang tergolong parah. Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti secara serius, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama beberapa pulau yang permukaannya rendah akan tenggelam.Selain abrasi, masalah yang terjadi di daerah pesisir pantai adalah masalah pencemaran lingkungan pantai.

         Beberapa pantai mengalami pencemaran yang cukup parah seperti kasus yang terjadi di daerah Balikpapan, dimana pada tahun 2004 tercemar oleh limbah minyak. Tumpukan kerak minyak atau sludge berwarna hitam yang mirip dengan gumpalan aspal tersebut beratnya diperkirakan mencapai 300 ton. Contoh lain adalah kasus yang terjadi di sekitar teluk Jakarta.

        Berbagai jenis limbah dan ribuan ton sampah yang mengalir melalui 13 kali di Jakarta berdampak pada kerusakan Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pada tahun 2006, kerusakan terumbu karang dan ekosistem taman nasional itu diperkirakan mencapai 75 kilometer. Tahun lalu saja telah terjadi kerusakan serius sepanjang 40 kilometer.


        Kali Ciliwung, Banjir Kanal Barat (BKB), Kali Sunter, dan Kali Pesanggrahan merupakan penyumbang pencemaran terbesar ke Teluk Jakarta. Setiap hari Kali Ciliwung, BKB, dan Kali Sunter mengalirkan sampah yang berton-ton banyaknya. Sampah berbagai jenis itu mengalir ke Teluk Jakarta, dan sampai ke Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kondisi ini memerlukan penanganan segera. Terkait dengan itu, pencemaran teluk Jakarta harus segera diatasi, terutama dengan melakukan pengurangan limbah sampah di sungai.
        Pencemaran yang terjadi di pesisir pantai merupakan sesuatu yang sangat merugikan bagi manusia. Selain itu, sebagian besar objek wisata di Indonesia merupakan wisata pantai. Keindahan panorama pantai membuat wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia. Hal ini seharusnya membuat pemerintah lebih mempedulikan kebersihan dan keasrian pantai, karena apabila keadaan pantai tidak bersih dan dipenuhi sampah, wisatawan tidak akan mau lagi mengunjungi pantai di Indonesia yang akibatnya dapat mengurangi devisa negara.

         Rusaknya lingkungan pantai juga dapat merusak ekosistem yang ada disana. Biota yang hidup di daerah pantai seperti terumbu karang dan ikan-ikan kecil akan mati bila tingkat pencemarannya tinggi. Untuk itu diperlukan upaya dari pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga keindahan dan keasrian pantai.



PENYELESAIAN 

                  Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi masalah abrasi dan pencemaran pantai ini. Untuk mengatasi masalah abrasi di Indonesia ini pemerintah secara bertahap melakukan pembangunan alat pemecah ombak serta penghijauan hutan mangrove di sekitar pantai yang terkena abrasi tersebut.

                Dalam mengatasi masalah abrasi ini, tentu ada saja hambatan-hambatan dan juga kesulitan-kesulitan yanag akan dihadapi, misalnya dalam pembangunan alat pemecah ombak ini diperlukan biaya yang sangat mahal dan juga wilayah tempat pembangunannya sangat luas, sehingga untuk membangun alat ini di seluruh pantai yang terkena abrasi akan memerlukan waktu yang sangat lama dan juga biaya yang sangat mahal. Upaya penanaman tanaman bakau di pinggir pantai juga banyak hambatannya.

                Tanaman bakau hanya dapat tumbuh pada tanah gambut yang berlumpur. Hal ini akan menjadi sangat sulit karena sebagian besar pantai di Indonesia merupakan perairan yang dasarnya tertutupi oleh pasir, seperti kita ketahui bahwa tanaman bakau tidak dapat tumbuh pada daerah berpasir. Meskipun sangat sulit, tetapi usaha untuk mangatasi abrasi ini harus terus dilakukan. Jika masalah abrasi ini tidak segera ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan luas pulau-pulau di Indonesia banyak yang akan berkurang.


           Agar upaya ini dapat berjalan dengan lebih baik, maka peranan dari semua elemen masyarakat sangat diperlukan. Pemerintah tidak akan dapat mengatasinya tanpa partisipasi dari masyarakat. Apabila alat pemecah ombak berhasil dibangun dan hutan bakau atau hutan mangrove berhasil ditanam, maka dampak abrasi tentu akan dapat dikurangi meskipun tidak sampai 100%. Masalah pencemaran pantai juga harus diatasi denga sangat serius karena dapat merusak keindahan dan keasrian pantai.

              Untuk megatasi permasalahan ini kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan harus ditingkatkan. Selain itu peraturan untuk tidak merusak lingkungan harus dibuat dan menindak dengan tegas bagi siapa pun yang melanggarnya. Sekarang ini, di beberapa pantai masih banyak ditemui sampah-sampah yang berserakan. Selain itu, limbah pabrik yang beracun banyak yang dialirkan ke sungai yang kemudian mengalir ke laut. Hal ini dapat merusak ekosistem laut, dan juga dapat membunuh beberapa biota laut. Pemerintah seharusnya menghimbau agar seluruh pabrik-pabrik tersebut agar membuang limbahnya setelah dinetralisasi terlebih dahulu.

KESIMPULAN DAN SARAN 

Abrasi dan pencemaran pantai merupakan masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat. Dari penjelasan kami di atas kami dapat menyimpulkan beberapa hal. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Abrasi diakibatkan oleh maiknya permukaan air laut karena mencairnya lapisan es yang ada di daerah kutub bumi. Es tersebut mencair akibat terjadinya pemanasan global.

2. Masalah abrasi maupun pencemaran lingkungan ini sangat sulit untuk diatasi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Masih banyak orang yang membuang sampah pada sembarang tempat yang nantinya dapat mencemari lingkungan.


3. Dampak yang diakibatkanoleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam.


4. Dampak dari abrasi dapat dikurangi dengan membangun alat pemecah ombak dan juga menanam pohon bakau di pinggir pantai. Alat pemecah ombak dapat menahan laju ombak dan memecahkan gelombang air sehingga kekuatan ombak saat mencapai bibir pantai akan berkurang. Demikian juga dengan pohon bakau yang ditanam di pinggiran pantai. Akar-akarnya yang kokoh dapat menahan kekuatan ombak agar tidak mengikis pantai.


          Dari kesimpulan tersebut dapat kita lihat penyebab abrasi dan juga beberapa cara untuk mengatasinya. Kita juga dapat mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan apabila hal ini tidak segera diatasi. Menurut kami permasalahan ini harus diselesaikan bukian hanya oleh pemerintah, tapi juga memerlukan partisipasi dari masyarakat. Selain kesimpulan tadi, ada beberapa solusi sebagai berikut :

1. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan pencemaran pantai, karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa bantuan dari masyarakat.Ini termasuk penanaman dan pemeliharaan vegetasi pelindung pantai, seperti mangrove dan terumbu karang

2. Pemerintah harus memberikan hukuman yang tagas bagi setiap orang yang merusak lingkungan.

3. Pembangunan alat pemecah ombak harus segera dilakukan agar abrasi yang terjadi di beberapa daerah tidak bertambah parah.

4. Bagi para pemilik pabrik maupun usaha apapun yang ada di sekitar pantai agar tidak membuang limbah atau sampah ke laut. Mereka harus menyediakan sarana kebersihan agar limbah atau sampah yang mereka hasilkan tidak mencemari pantai.



Sumber : dari berbagai sumber di internet