Selasa, 23 November 2010


PERANCANGAN KAWASAN TEPI AIR



Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat lepas dari air sebagai sumber kehidupan. Pada awalnya, banyak pemukiman yang kemudian berkembang menjadi kota, yang di mulai dari tepi badan air. Kota-kota tua di tepi pantai banyak yang terkenal dengan pelabuhannya, dimana kegiatan ekonomi suatu kota biasanya di mulai setelah kegiatan ekonomi terjadi, mulailah berdatangan pendatang- pendatang untuk menunjuang kegiatan ekonomi, perdagangan dan jasa kota.
 Fungsi kapal sebagai transportasi penumpang yang sudah berkurang karena adanya system transportasi lain menyebabkan kota-kota Bandar lama banyak yang ditingggalkan dan menjadi daerah kosong.
Disinilah muncul peluang untuk perkembangan kawasan dengan perubahan fungsi menjadi fungsi hunian, komersil, rekreasi dan public.




PERMASALAHAN UMUM

Di kawasan perkotaan, pengembangan tepi air dapat merupakan tepi air alami (sungai, danau dan pantai), maupun lingkungan binaan (kanal, waduk / bendungan pengendali, pelabuhan dan reklamasi). Perancangan di kawasan tepi air alami harus memerhatikan banjir berulang atau dataran banjir (floodplain). Biasanya tepi air dibuat garis sepadan banjir 50-100 tahunan.
Data dataran banjir, dimana teridentifikasikan banjir berkala yang secara alami terjadi di tepi aliran sungai tersebut. Untuk lingkungan binaan, harus di lihat dari daya dukung perencanaan rekayasalingkungan binaan itu sendiri, sesuai dengan batasan-batasan yang sudah ditentukan dalam perencanaan kawasan tepi air tersebut.

Kondisi sungai-sungai di kota-kota besar di Indonesia, di identifikasikan oleh (Deva Kurniawan Rahmadi dalam artikelnya) memiliki beberapa permasalahan di antaranya :

·         Rumah-rumah atau bangunan di sepanjang sungai mengambil bagian bantaran sungai sehingga alur sungai menyempit dan tidak dapat lagi menampung deras aliran air.

·         Kondisi pemukiman padat dan kumuh, prasarana dan sarana tidak tertata dan tidak memadai.

·         Setiap kali hujan turun dan air meluncur dari perbukitan, tidak langsung mengalir ke laut karena tertahan di kawasan reklamasi.

·         Pembuangan limbah padat maupun cair ke badan air dan bantaran sungai di berbagai ruas sungai.

·         Orientasi terhadap sungai masih menjadikan daerah belakang.




Perlu di perhatikan dalam perancangan kawasan tepi air adalah ancaman kenaikan permukaan air yang di sebabkan oleh penyedotan air tanah yang besar dan juga dampak dari gejala perubahan iklim.

Di Jakarta, setiap tahun rata-rata penurunan air tanah sebesar 0,87 cm, di barengi dengan gejala kenaikan permukaan air laut rata-rata 0,57 cm per tahun. Jakarta akan kehilangan 25% dari lahan apabila hal ini di biarkan.



STUDI KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN TEPI AIR

Banyak jenis pengembangan tepi air di seluruh dunia, misalnya Battery Park City di tepi sungai Hudson, New York, dengan kawasan pusat komersilnya dan bangunan hunian di belakang. Sungai Singapura, sebelumnya berfungsi sebagai akses utama pelayaran. Banyak  kawasan tepi air yang sebelumnya merupakan kawasan industri dan perdagangan berubah fungsi menjadi kawasan umum dan komersil.


sumber : seminar dan pelatihan ikatan arsitek indonesia (IAI) Jakarta 22 mei 2010
             Universitas Gunadarma

Tidak ada komentar: